Ambon, Maluku — Insiden hangusnya dua alat berat milik PT Spice Island Maluku (SIM) pada Jumat dini hari (25/7) mempertegas krisis kepemimpinan yang tengah melanda Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Di tengah ketiadaan sikap tegas dari Bupati Ir. Asri Arman, dugaan sabotase terhadap proyek strategis itu kian menguat. Api yang membakar bukan hanya membumihanguskan ekskavator, tetapi juga membakar kepercayaan publik terhadap pemerintah daerah.
Kejadian ini terjadi setelah sebelumnya Bupati menerbitkan surat penangguhan operasional PT SIM, namun tanpa diiringi langkah nyata untuk menjadi penengah di tengah gesekan antara perusahaan dan sebagian warga.
“Ini akibat dari kekosongan sikap. Kami sudah ingatkan sejak awal, Bupati jangan menunggu situasi meledak. Harusnya segera ambil langkah hukum, hadir sebagai penengah, sebagai mediator yang adil pasca diterbitkannya surat bernomor 600.4.17.2 sekian sekian itu. Tapi yang terjadi, beliau justru sibuk wara-wiri tanpa kejelasan arah,” tegas Muhammad Fahrul, Direktur Rumah Inspirasi, Sabtu (26/07).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, surat penangguhan yang diterbitkan Pemkab SBB justru memperkeruh situasi dan membuka ruang bagi pihak-pihak tertentu untuk bertindak di luar hukum.
“Surat itu bukan solusi. Itu menciptakan ketidakpastian. Dan dalam ruang kosong itulah kekacauan bisa tumbuh. Jika benar ini sabotase, maka itu tidak lepas dari kelalaian pemerintah daerah dalam menjamin kepastian dan ketertiban,” tambahnya.
Sebagai informasi, dua unit excavator milik PT SIM Komatsu PC 210 dan PC 200 hangus terbakar sekitar pukul 03.00 WIT dalam kondisi parkir dan tidak beroperasi.
Kedua unit tersebut dinonaktifkan sesuai SOP dan tidak ditemukan tanda-tanda korsleting atau kebakaran lahan di sekitarnya. Polisi menduga kuat adanya unsur kesengajaan, meski penyelidikan masih berjalan.
Kapolres SBB, AKBP Andi Zulkifli, S.I.K., M.M., mengatakan pihaknya telah menerjunkan Tim Inafis untuk olah tempat kejadian perkara serta mengumpulkan bukti-bukti awal.
“Kami dalami semua kemungkinan, termasuk dugaan sabotase,” ujarnya.
Situasi makin memanas per Sabtu (26/07/2025) siang, karena belum adanya langkah penyelesaian dari pemerintah daerah.
Pekerja yang sebelumnya dirumahkan oleh PT SIM akibat penghentian operasional mulai bereaksi. Ratusan orang melakukan aksi pemalangan jalan di tiga titik utama yakni Kawa, Hatusua, dan Nuruwe.
Mereka menuntut kejelasan status pekerjaan dan meminta pemerintah turun tangan secara konkret.
“Ini bukan hanya soal alat berat terbakar, tapi ribuan keluarga yang terdampak. Kami kerja digantung, gaji tidak jelas, dan pemerintah diam saja,” ujar salah satu pekerja saat aksi di Kawa.
Fahrul juga menyoroti ketidakharmonisan antara kebijakan kabupaten dan provinsi. Ia menilai langkah Bupati SBB tidak sejalan dengan upaya Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, yang konsisten mendorong iklim investasi sebagai motor pertumbuhan ekonomi.
“Kalau Pemprov mendorong, tapi Pemkab justru menghambat, maka investor akan lari. Siapa yang rugi? Masyarakat sendiri. Ini preseden buruk,” tegasnya.***


















