Namlea, GardaMaluku.com– Enam pemanjat muda dari Wanadri resmi memulai Ekspedisi Tebing Kaku Mahu di Pulau Buru, Maluku.
Mereka tidak sekadar mendaki, tapi juga meneliti, mengabdi, dan menginspirasi.
Ekspedisi ini menjadi gerbang awal dari Buru eXpedition 2025, rangkaian perjalanan eksplorasi yang menggabungkan sains, petualangan, dan pengembangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ekspedisi ini menunjukkan bagaimana kegiatan alam bebas bisa menjadi sarana edukasi dan perubahan.
Dalam 30 hari, tim yang terdiri dari Enam pemanjat muda akan menghadapi tebing vertikal setinggi 750 meter, mengumpulkan data vegetasi langka, dan membuka akses bagi panjat tebing berkelanjutan di wilayah terpencil.
Sebelum pendakian, tim menjalani upacara adat dan pembukaan jalur hutan di Desa Nanali. Mereka melibatkan mahasiswa lokal dan warga dalam perintisan jalur, membangun koneksi antara pengetahuan, budaya, dan alam.
Setelah mendaki, tim akan membangun jalur sport climbing pertama di kawasan itu. Aktivitas ini memberi peluang ekonomi baru bagi desa dan memperkenalkan panjat tebing sebagai olahraga yang ramah lingkungan dan inklusif.
Ekspedisi ini bukan akhir. Di bulan September–Oktober, Buru eXpedition akan berlanjut dengan kayak laut mengelilingi pulau, eksplorasi hutan pegunungan, riset flora bersama Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, penyediaan akses air bersih untuk cegah stunting, serta rehabilitasi mangrove dan terumbu karang.
Sejak 1964, Wanadri konsisten mengusung empat pilar: Pendidikan, Penjelajahan, Kemanusiaan, dan Lingkungan. Ekspedisi ini mencerminkan bagaimana generasi muda bisa menjelajah sambil menyumbang solusi nyata bagi negeri.
Petualangan ini bukan hanya soal menaklukkan alam, tapi soal merawatnya, bersama masyarakat, sains, dan semangat kebangsaan.***