- Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa tak asal tunjuk. Penempatan Dr. Jais Ely sebagai Plh Kadis Indag adalah sinyal perubahan, mengutamakan kapasitas, bukan kompromi.***
- Oleh: Fahrul Kaisuku | Direktur Rumah Inspirasi dan Literasi Maluku
Opini, GardaMaluku.com– Keputusan Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menunjuk Dr. Achmad Jais Ely sebagai Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Maluku merupakan langkah yang patut diapresiasi. Dalam kondisi di mana sektor industri dan perdagangan membutuhkan pembenahan struktural yang serius, kehadiran figur birokrat dengan latar belakang akademisi seperti Dr. Jais adalah angin segar bagi reformasi birokrasi daerah.
Dr. Achmad Jais Ely tercatat bagian dari akademisi tulen dengan reputasi yang telah teruji. Ia bukan sekadar birokrat teknis, tetapi pemikir yang terbentuk dari dunia ilmu pengetahuan dan pendidikan tinggi.
Prestasi yang diraih dari proses akademik yang panjang dan konsisten, Dr. Jais dikenal luas sebagai sosok yang berpikir sistematis, berbasis data, dan memiliki pendekatan kebijakan yang berorientasi pada solusi nyata. Pengalamannya di bidang pendidikan dan administrasi publik membuatnya memahami dengan sangat baik bagaimana birokrasi seharusnya dikelola secara profesional dan efisien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penempatan Dr. Jais di Disperindag bukan semata formalitas rotasi jabatan, melainkan bentuk komitmen Pemprov Maluku untuk melakukan penataan ulang secara substansial. Dinas ini selama ini menyimpan banyak persoalan—dari lemahnya koordinasi internal, stagnasi program-program pengembangan industri, hingga permasalahan pengelolaan pasar-pasar rakyat.
Di antara tantangan terbesar adalah kondisi Pasar Mardika yang kompleks, dengan berbagai isu seperti penataan pedagang, kebersihan, distribusi barang, hingga keamanan yang memerlukan sentuhan kepemimpinan cerdas dan manusiawi.
Dr. Jais memiliki kapasitas untuk mengurai persoalan-persoalan ini dengan pendekatan berbasis partisipasi, bukan konfrontasi. Ia memahami pentingnya membangun komunikasi yang setara antara pemerintah dan pelaku pasar, antara regulasi dan kenyataan di lapangan.
Dalam banyak hal, figur akademisi dalam jabatan publik membawa pendekatan berbeda dari praktik birokrasi konvensional. Mereka terbiasa bekerja berdasarkan kajian, riset, dan refleksi. Ini sangat penting dalam sektor perdagangan yang dinamis dan penuh dengan variabel-variabel teknis.
Gaya kepemimpinan yang bersandar pada analisis dan integritas akan mempercepat reformasi internal di tubuh Disperindag, yang selama ini membutuhkan arah yang lebih jelas, terukur, dan berorientasi pada pelayanan publik.
Langkah Gubernur Hendrik Lewerissa menunjuk sosok akademisi seperti Dr. Jais Ely adalah bukti bahwa pemerintah provinsi mulai membuka ruang meritokrasi secara nyata.
Penempatan ini bukan karena kompromi, melainkan karena kapasitas. Hal ini memberi pesan kuat kepada publik bahwa posisi strategis di pemerintahan harus diisi oleh mereka yang memang layak, baik secara intelektual maupun moral. Dan dalam konteks Maluku hari ini, Dr. Jais adalah salah satu figur langka yang memenuhi kedua aspek tersebut.
Yang juga penting untuk dicatat, Dr. Jais bukanlah tipe birokrat yang mengejar jabatan demi gengsi atau keuntungan pribadi. Ia berkali-kali menyampaikan bahwa tugas ini ia terima sebagai bentuk pengabdian, sebagai komitmen moral untuk membantu Maluku dengan kemampuan dan sisa waktu yang ia miliki.
Dalam lanskap birokrasi kita yang masih banyak dihuni oleh mentalitas transaksional, kehadiran sosok seperti ini tentu sangat berarti.
Dengan kapasitas akademik, integritas pribadi, dan semangat pengabdian yang tulus, publik Maluku patut menaruh harapan besar kepada Dr. Achmad Jais Ely. Ia bukan hanya membawa harapan untuk memperbaiki kinerja Disperindag, tetapi juga membuka lembaran baru bagaimana birokrasi seharusnya dikelola: bersih, profesional, dan berpihak pada rakyat.*
Artikel ini diluar tanggung jawab redaksi.