- Jika tidak diwaspadai, citra kepemimpinan mereka akan runtuh sejak awal, dan harapan masyarakat akan pemerintahan bersih hanya menjadi ilusi.
- Oleh: Fahrul Kaisuku
Piru, Maluku– Kemenangan pasangan Asri Arman – Selfinus Kainama sebagai Bupati dan Wakil Bupati Seram Bagian Barat (SBB) menjadi sorotan, tidak hanya karena perolehan suara signifikan tetapi juga dinamika di baliknya. Salah satu isu yang muncul adalah peran tim pemenangan, yang dalam beberapa kasus dinilai berlebihan hingga berpotensi merusak citra kepemimpinan baru.
Euforia Kemenangan atau Sikap Jumawa?
Tim pemenangan merupakan motor utama dalam setiap kontestasi politik. Mereka bekerja keras dalam membangun basis dukungan, menjalankan strategi kampanye, dan mengawal pasangan calon hingga kemenangan diraih.
Namun, ada fenomena yang kerap muncul setelah kemenangan, yaitu “mainan” politik yang justru dapat berdampak buruk pada masa kepemimpinan.
Di Kabupaten bertajuk Saka Mese Nusa, ada indikasi bahwa sebagian tim pemenangan merasa kemenangan ini adalah hasil mutlak dari kerja mereka, bukan dari kepercayaan penuh masyarakat kepada program pasangan Asri-Selfinus. Akibatnya, beberapa oknum dalam tim merasa memiliki hak lebih, bahkan berpotensi memengaruhi kebijakan pemerintahan baru dengan berbagai kepentingan.
Praktik yang Berpotensi Merusak Citra:
Eksploitasi Jabatan dan “Balas Budi” Politik
Setelah kemenangan, sering kali muncul tuntutan dari tim pemenangan untuk mendapatkan jabatan strategis di pemerintahan, baik sebagai pejabat daerah, kepala dinas, maupun posisi lainnya. Jika dibiarkan, praktik ini berisiko menciptakan birokrasi yang tidak profesional dan hanya berorientasi pada kepentingan kelompok tertentu.
Intervensi Kebijakan
Ada indikasi bahwa beberapa anggota tim pemenangan mulai menunjukkan sikap terlalu percaya diri dengan mencoba mengendalikan keputusan-keputusan strategis pemerintah daerah. Jika dibiarkan, ini bisa menciptakan ketidakstabilan dalam birokrasi, terutama jika keputusan yang diambil lebih banyak berbasis kepentingan politik ketimbang kepentingan masyarakat luas.
Pola Politik Transaksional
Dalam laporan beberapa media, ada dugaan bahwa tim sukses Asri-Selfinus terlibat dalam pembagian uang Rp350 ribu per kepala keluarga di beberapa daerah, yang dapat dikategorikan sebagai politik uang. Jika hal ini benar, dampaknya bisa menjadi bumerang bagi pasangan terpilih, karena publik akan mempertanyakan komitmen mereka terhadap pemerintahan yang bersih dan berintegritas.
Eksploitasi Relasi dengan Pengusaha atau Pemodal
Tim pemenangan sering kali memiliki hubungan erat dengan pengusaha atau pemodal besar yang membantu pendanaan selama kampanye.
Setelah kemenangan, ada kemungkinan mereka menuntut imbalan dalam bentuk proyek-proyek pemerintah atau akses khusus terhadap kebijakan ekonomi daerah. Jika tidak diwaspadai, kepentingan masyarakat bisa dikorbankan demi memenuhi kepentingan kelompok tertentu.
Tantangan Bagi Asri Arman – Selfinus Kainama
Sebagai pemimpin baru, Asri Arman dan Selfinus Kainama harus segera mengambil langkah tegas untuk memastikan bahwa pemerintahan mereka tidak tersandera oleh kepentingan tim pemenangan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Menyusun Struktur Pemerintahan yang Profesional ; Mengutamakan kompetensi dalam pengangkatan pejabat daerah, bukan sekadar “balas jasa” kepada tim pemenangan.
- Membangun Transparansi dalam Kebijakan ; Setiap kebijakan, terutama terkait proyek dan anggaran, harus diumumkan secara terbuka agar masyarakat dapat mengawasi dan memastikan tidak ada “titipan” dari pihak tertentu.
- Menegaskan Batasan Peran Tim Pemenangan ; Setelah pemilu selesai, tim pemenangan harus memahami bahwa perannya bukan lagi sebagai pengambil keputusan, melainkan hanya sebagai bagian dari masyarakat yang tetap harus mengikuti aturan pemerintahan.
- Menindak Tegas Praktek Politik Uang ; Jika memang ada indikasi politik uang yang melibatkan tim pemenangan, pemerintah daerah harus membuka ruang investigasi dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk mencegah praktik serupa di masa depan.
Menghindari “Jeratan”
Meskipun kemenangan Asri Arman – Selfinus Kainama merupakan hasil dari dukungan besar masyarakat, mereka tetap harus waspada terhadap ekses dari tim pemenangan yang berpotensi menciptakan beban politik di awal kepemimpinan.
Kepemimpinan yang kuat harus mampu membatasi intervensi politik dalam pemerintahan, memastikan bahwa kebijakan tetap berorientasi pada kepentingan rakyat, bukan kepentingan kelompok tertentu. Jika hal ini tidak ditangani dengan tegas, maka citra kepemimpinan mereka bisa terganggu sejak awal.
Masyarakat kini menunggu apakah pasangan ini mampu membuktikan janji-janji politiknya dengan pemerintahan yang bersih dan profesional, atau justru akan terjebak dalam permainan politik dari tim pemenangan sendiri.***