Ambon, GardaMaluku.com– Pemuda Muhammadiyah Kota Ambon melontarkan kritik tajam terhadap kondisi pengelolaan sampah Kota Ambon yang dinilai semakin memburuk. Kritik itu sampaikan Fungsionaris Pemuda Muhammadiyah Maluku, Ismail Boruth, pada Selasa (09/04).
Borut bahkan mengklaim kondisi sampah kota Ambon ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah kepemimpinan wali kota.
Menurut Boruth, Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, hanya menyampaikan retorika tanpa diiringi langkah konkret. Ia menilai pernyataan wali kota yang menyebut Ambon sebagai kota bersih adalah tidak berdasar dan jauh dari kenyataan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Persoalan Kota Ambon sangat kompleks, dan salah satu yang paling memprihatinkan adalah tata kelola sampah. Armada pengangkut sampah sangat terbatas, manajemen pengelolaan sampah pun tidak berjalan efektif. Kita tidak memiliki instrumen yang memadai, apalagi teknologi pengolahan sampah yang modern – kita tertinggal jauh dari kota-kota lain,” ujar akademisi Unimku tersebut.
Ia menambahkan bahwa kondisi sampah yang menumpuk pada berbagai titik dalam kota, termasuk badan jalan dan trotoar seperti kawasan Kebun Cengkeh dan sekitar STAIN, menciptakan bau tidak sedap, memicu potensi penyakit, serta merusak estetika kota berjuluk “Ambon Manise”.
“Kondisi sangat kontras dengan identitas kota. Ambon saat ini justru lebih pantas berjuluk kota ‘badaki’. Kami mempertanyakan kebijakan konkret dari wali kota dalam menanggulangi persoalan ini,” tambahnya.
Kritik Wali Kota Ambon
Kritik juga mengarah ke pernyataan Wali Kota dalam sebuah grup percakapan yang menyudutkan masyarakat. Farham menilai hal tersebut mencerminkan kegagalan dalam kepemimpinan.
“Masyarakat telah berkontribusi dengan membayar pajak. Alih-alih menyalahkan warga, seharusnya pemimpin menunjukkan tanggung jawab dan kepedulian melalui kebijakan nyata,” tegasnya.
Selain Pengelolaan Sampah Kota Ambon, Pemuda Muhammadiyah juga menyoroti penanganan Pasar Mardika begitu semrawut, baik dari sisi tata kelola, parkir, hingga kebersihan.
Gerbong Pemuda Negarawan itu menilai terlalu dini jika ada klaim keberhasilan, dan mendesak publik untuk terus mengkritisi komitmen serta visi-misi kepala daerah saat ini.
Boruth menutup dengan menyampaikan bahwa Kota Ambon pernah mengalami masa kejayaan sebagai kota bersih, khususnya pada masa kepemimpinan Wali Kota Richard Louhenapessy.
“Terlepas dari kekurangan yang ada, kebijakan beliau dalam penanganan sampah patut mendapat apresiasi. Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi pemimpin saat ini,” tutupnya.***