- Oleh: Azis Tunny| Ketum BPD HIPMI Maluku 2021-2024
Ambon, GardaMaluku.com– Menulis nama John Malaiholo, seakan saya melakukan napak tilas dan membuka kilasan sejarah HIPMI yang hampir 40 tahun hadir di bumi raja-raja, Maluku.
Di tengah tantangan ekonomi Indonesia awal 1980-an, semangat kewirausahaan justru mulai menyala di timur Nusantara. Maluku, wilayah yang akrab dengan rempah dan perikanan namun asing dengan iklim bisnis modern, menyaksikan kelahiran sebuah organisasi yang akan menjadi lokomotif pengusaha mudanya, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Maluku.
Di pucuk pimpinan pertamanya, tercatat nama John Malaiholo (1986-1989), seorang pengusaha yang namanya terukir bukan hanya sebagai pegiat organisasi, melainkan sebagai pionir yang meletakkan batu pertama bagi ekosistem usaha generasi muda Maluku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tiga belas periode kepemimpinan telah bergulir, namun fondasi yang dibangun John tetap menjadi rujukan.
Kelahiran HIPMI Maluku tak lepas dari bayang-bayang nasional. HIPMI Maluku tidak lahir dalam ruang hampa. Gagasan dasarnya berakar dari gerakan nasional yang dipelopori tokoh seperti Abdul Latief, Siswono Yudo Husodo, Teuku Sjahrul, Pontjo Sutowo dan Mahdi Diah, yang mendirikan HIPMI Pusat pada 10 Juni 1972.
Visi mereka revolusioner, ingin mengubah mentalitas pemuda dari pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja. Model pengembangan regional pun muncul, seperti HIPMI Jaya (1974) sebagai contoh sukses wadah pengusaha Jakarta.
Di Maluku, kebutuhan akan wadah serupa mendesak. Ekonomi bergantung pada sektor tradisional, akses pasar terbatas, dan minimnya jejaring bisnis antargenerasi.
John Malaiholo, yang berasal dari keluarga pengusaha minyak terpandang di Kota Ambon, memahami betul tantangan ini. Latar belakang bisnis keluarganya memberinya perspektif sekaligus tanggung jawab moral untuk membuka jalan bagi pengusaha muda lokal.
John Malaiholo, pengusaha pejuang, pemimpin HIPMI pada periode 1986-1989. Periode kepemimpinan John Malaiholo adalah era peletakan fondasi organisasi. Sebagai Ketua Umum BPD HIPMI Maluku pertama, John tentunya menghadapi tantangan multidimensi.
Dia harus membangun kepercayaan, dengan memperkenalkan konsep “pengusaha muda” di daerah yang belum sepenuhnya terbuka terhadap entrepreneurship modern.
Paradigma kebanyakan orang Maluku yakni ambteenar (warisan kolonial Belanda), dimana orang dianggap sukses kalau bekerja di pemerintahan.
Di tengah tantangan mindset dan geografis yang rentang kendalinya cukup sulit, John berupaya membentuk struktur cabang di berbagai pulau di Maluku dengan geografi yang menantang. Dia membangun jaringan dari nol, dan merekrut pengusaha muda pionir.
Dengan warisan keluarganya, dia mengonversi pengalaman bisnis keluarga di sektor minyak menjadi pengetahuan yang bisa dibagikan untuk sektor yang lebih beragam.
John bukan sekadar “figur seremonial”. Ia mempraktikkan semangat “pengusaha-pejuang” yang menjadi jargon HIPMI. Kiprah bisnisnya sendiri menjadi bukti nyata bahwa usaha lokal bisa sukses, memberi inspirasi bahwa kewirausahaan adalah pilihan karir yang valid.
13 periode kepemimpinan sudah pasca John Malaiholo memimpin HIPMI Maluku, memasuki fase konsolidasi dan ekspansi. 13 periode kepemimpinan ini mencatat beberapa pola transformasi yang beragam sesuai dengan karakter dan pola leadership para Ketumnya.
Warisan John Malaiholo bukan sekadar pada tercatat namanya sebagai ketua pertama. Ia mewariskan “DNA” pengusaha-pejuang HIPMI Maluku, resilien, berjejaring, dan berkomitmen membangun ekonomi lokal.
Tiga belas pucuk pimpinan telah membawa obor HIPMI Maluku melampaui tiga dekade. Dari kepemimpinan perintis John Malaiholo di akhir 1980-an hingga ketua-ketua berikutnya. Organisasi ini telah menjadi ruh pengusaha muda Maluku.
Ia adalah jembatan antara tantangan zaman yang sudah masuk pada era disrupsi digital, kemudian keterisolasian geografis dan koneksi pasar global. Jejak John mengajarkan bahwa kewirausahaan adalah kerja kolektif, bukan individual.
Di tengah gelombang ekonomi yang tak pernah stabil, semangat “pengusaha-pejuang” yang ditanamkan sang pionir pertama itu tetap menyala, menjadi pemandu bagi generasi ke-14 dan seterusnya untuk menulis babak baru kejayaan ekonomi Maluku.
Pada akhirnya, sejarah HIPMI Maluku adalah sejarah tentang keberanian memulai, kegigihan melanjutkan, dan visi menembus batas. (AT)